Senin, 09 Maret 2015

Pusat Seni dan Budaya Kabupaten Karawang



Wisata Adat, Tradisi dan Seni Budaya

Mapag Cai 

Sebagai daerah dengan sebutan lumbung padi, Karawang memiliki pesawahan yang sangat luas dimana area pertanian mencapai 60% luas wilayah. Dengan masa panen dua kali setahun, proses kehidupan agraris berjalan sepanjang tahun dengan periode-periode seperti tandur, ngarambet, dan lainnya. Sepanjang prosesnya, pertanian membutuhkan ketersediaan air sepanjang waktu. Dalam kebijaksanaan kuno, rasa ketergantungan keberhasilan panen pada ketersediaan air menjadikan para petani mengembangkan sikap penghargaan terhadap air melalui ritual-ritual tertentu.
Yang berlaku di Karawang, penghargaan terhadap air dan bentuk doa syukur pada Tuhan akan karunia limpahan air dilakukan dalam ritual yang disebut Upacara Mapag Cai. Ritual tersebut dilakukan jelang tibanya masa tanam padi. Prosesinya sendiri berupa pembacaan doa secara bersama-sama oleh para petani dipintu air atau hulu sungai tempat air dialirkan.

Ritual Hajat Bumi 

Upacara atau ritual hajat bumi sudah menjadi kebudayaan khas masyarakat agraris yang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Dibeberapa daerah di Karawang upacara hajat bumi masih sering dilaksanakan, khususnya pada saat menjelang tanam padi. Ritual tersebut merupakan manifesto atau pewujudan harapan dan doa pada Tuhan Semesta Alam agar proses tanam padi berbuah pada keberhasilan panen. Pada umumnya, ritual tersebut mengambil lokasi pada titik perempatan kampung, yang memiliki makna sebagai pusat pertemuan masyarakat. Waktu pelaksanaannya sore hari. Dalam ritual tersebut masyarakat secara sukarela mengumpulkan aneka makanan seperti nasi tumpeng, ayam panggang, rujakan, kelapa muda dan jajanan pasar. Pada inti acara, dilakukan pembacaan doa oleh pemimpin agama setempat atau tokoh yang dituakan, yang menyampaikan segala permohonan masyarakat agar panen berhasil. Setelah pembacaan doa, makanan kemudian dibagikan pada seluruh warga, baik tua maupun muda, dan warga makan bersama di tempat upacara. Hal itu mengandung makna akan kedekatan dan keakraban dalam kehidupan sosial.

 

Seni Topeng Banjet

Topeng Banjet merupakan seni teater Rakyat tradisional khas Karawang, yang berkembang dari mulai zaman penjajahan hingga saat ini, dalam pagelaran seni Topeng Banjet dipentaskan dengan pembukaan dengan Tatalu diringi Kawih (nyayian) Khusus dilanjutkan dengan Ceritera diselingi Guyonan (bodor atau lawak) serta demontrasi mengenai Pencak Silat, kekebalan tubuh tahan dibacok ataupun dibakar, disesuaikan dengan lakon/cerita yang dipentaskan.

Seni odong-Odong Dan Kedok Menyon

Kesenian Odong-odong berkembang cukup pesat di Kabupaten Karawang, kesenian ini menyerupai Kesenian Gotong Sisingaan dari Kabupaten Subang, namun dalam Pagelaran Odong-odong ada lawak jalanan yang dilengkapi Topeng yang cukup unik yakni Menyon (penyot), dengan gerakan yang menggelikan, adapula Topeng bentuk lainnya.
Pagelararan ini berbentuk karnaval atau arak-arakan, dengan memotong anak yang akan di sunat di arak mengelilingi kampung atau jalan raya, dengan diiringi Musik tradisional Karawang.

Seni Egrang

Kesenian Egrang merupakan seni ketangkasan yang berasal dari Negeri Cina, Seni Egrag biasanya dipadukan dengan Seni lainya seperti Odong-odong, dengan kolaborasi Musik Tradisional yang ada di kabupaten Karawang seperti Tanjidor, Ajeng dan lain sebagainya.
Seni ini biasanya dipentaskan pada HUT RI, dan HUT Kabupaten Karawang dan arak-arakan pengantin sunat.

Jajangkungan

Pada awalnya Jajangkungan merupakan varian hiburan dari kesenian Sisingaan yang popular di wilayah Karawang dan Subang. Tetapi dalam perkembangannya Jajangkungan memiliki tempat tersendiri. Kesenian tersebut yang mulanya hanya seni tambahan dari Sisingaan kemudian mulai mendapat tempat khusus dalam kesenian rakyat dan sering tampil tanpa harus bersama seni Sisingaannya.
Jajangkungan merupakan seni atraksi dimana pemain yang sudah terlatih berjalan diatas galah bambu setinggi 5-7 meter yang diikat pada kedua kakinya. Kesenian tersebut sering juga diistilahkan Seni Egrang dan biasanya tampil pada kegiatan helaran atau pawai budaya. Adapun muasal seni tersebut konon berasal dari China. Hanya saja di Karawang, seni tersebut dikolaborasikan dengan seni musik Tanjidor, Ajeng atau bahkan Dangdut Pesisir.
Dalam beberapa tahun terakhir seni Jajangkungan atau Egrang mulai dinisbatkan sebagai seni khas Karawang, karena seni ini banyak dilakukan oleh para ahli dari Karawang.

 Jaipongan  
        
Kesenian Jaipongan merupakan perpaduan Seni Tradisional Ketuktilu, Kliningan, Bajidoran dan Pencaksilat, seni ini merupakan Kesenian Khas Karawang yang sangat diminati dan digandrungi oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pagelaran Seni Jaipongan pada saat perayaan pernikahan atau khitanan, hampir diseluruh pelosok pedesaan ataupun perkotaan menggelar hiburan resepsi dengan kesenian khas ini, terutama sesudah panen raya.
Dalam Seni Jaipongan dipentaskan seni tari khas Karawang denga penari yang luwes, kawes, cantik menarik, diiringi dengan tabuhan Gendang yang menantang penonton untuk turut menari disertai gamelan lainnya, serta Juru Kawih yang lirih dan mendayu membuat penonton terpesona dan ingin nandak dan nyawer

Seni Ajeng

Salah satu kesenian khas Karawang yang dipercaya telah berusia ratusan tahun, bahkan konon sudah dikenal sejak kerajaan Tarumanegara adalah Seni Ajeng. Kesenian ini mengalami masa keemasannya pada tahun 1950 hingga awal 70an dengan kelompok-kelompok seninya seperti Ciong, Entuk, Gateuw dan Nyumplong. Sedangkan pioneer pengembangnya adalah sosok bernama Jaisan.
Seni Ajeng merupakan kesenian dengan seperangkat alat pendukung berupa bonang renteng, kecrek, kembang dan gambang gangsa. Musik gendingnya dimainkan dalam laras pelog dengan irama lagu seperti koproy, rancamanis, dan juga sengon dengan alur pakem kendang tilu atau rancagan. Konon, aura mistis selalu hadir menyertai setiap irama nada seni Ajeng dan mampu menghadirkan penomena Déjà vu bagi sebagian pendengar.
Dalam perkembangan modern, seni ajeng mengalami kesulitan untuk berkembang dan terancam punah. Kelompok seni Ajeng yang masih bertahan sudah sangat sedikit. Proses regenerasipun sudah sangat sulit.
Kata Ajeng sendiri mengandung makna pangajeng-ajeng, atau penyambutan terhadap tamu. Karena itu di Karawang tempo dulu proses penyambutan tamu selalu diramaikan dengan tampilan seni Ajeng.



Wayang Golek, Calung Dan Pencaksilat 

Kesenian tradisional khas Jawa Barat seperti Wayang Golek, Calung dan Pencaksilat masih diminati oleh masyarakat Karawang, dibuktikan dengan banyaknya Dalang terkenal ( sebutan yang memainkan wayang ) yang bermunculan di Jawa Barat, diantaranya RH. Cecep Supriadi, R. Eka Regawa, R. Ujang Muchtar dan dalang-dalang lainnya. Kesenian Calung dan Pencaksilat masih banyak peminat Seni tersebut, dengan banyaknya Grup Calung dan Paguron Pencaksilat diseluruh Kabupaten Karawang.

Angklung

Musik Angklung saat ini sudah bergema kembali di Kabupaten Karawang, diminati hampir seluruh Pelajar ditiap SLTP maupun SLTA, ini terbukti dengan tiap-tiap sekolah memilikigrup Angklung ini.
Pada saat ini Musik Angklung di Kabupaten di Kabuopaten Karawang telah dikolaborasikan dengan band ataupun Musik Tradisional lainya. Untuk tingkat pelajar pada saat ini cukup berkiprah di tingkat Jawa Barat maupun Nasional, dengan diraihnya beberapa Predikat Juara. 

Liong Dan Barongsay

Kesenian Lainya yang turut berkembang di Kabupaten Karawang adalah Liong dan Barongsay. Seni ini diminati oleh Etnis keturunan Tionghoa, pagelarannya hanya pada hari-hari tertentu, seperti pada Hari Raya Imlek, Cap Go Me, HUT.RI dan HUT Kabupaten Karawang.
Pada pertunjukan Liong dan Barongsay selain mengarak keliling Kota juga dipertunjukan ketangkasan-ketangkasan lainya, seperti perkelahian dua Singa dan mengadu keahlian beladiri, melompat, bertarung dengan Seni dan Keahlian memainkanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar